Riding Purwakarta-Cilacap Via Jalur Alternatif Cikijing-Banjar

Ndesoedisi.com-sebelumnya Nde ucapkan selamat tahun baru 2018.

Beberapa hari menjelang pergantian tahun 2017, Nde ada keperluan mendadak ke Cilacap. Karena waktunya hanya 3 hari, maka Nde pun pulang sendiri dengan menggunakan motor yaitu si Merah Suzuki Address. Jalur yang Nde pilih dari Purwakarta menuju ke Cilacap adalah jalur alternatif via Subang-Cikamurang-Cikijing-Banjar-Cilacap.

Purwakarta-Cilacap via jalur alternatif Majalengka-Cikijing-Banjar

Ada dua alasan utama mengapa Nde memilih jalur tersebut, yang pertama adalah Nde belum pernah melewati jalur tersebut, sedangkan yang kedua adalah menghindari kepadatan arus lalu lintas di jalur-jalur biasa seperti Brebes-Bumiayu dan Tasik-Banjar. Sebelumnya ketika mudik naik motor tahun 2014 Nde melewati jalur Majalengka-Kuningan-Ciledug-Brebes. Sedangkan tahun 2015 naik mobil Nde melewati jalur Majalengka terus masuk tol Palimanan.

Karena acara pulang mendadak, Nde tidak sempat membawa Address ke bengkel Suzuki padahal sudah waktunya service & ganti oli sehingga Nde memutuskan ganti oli sendiri. Tapi namanya didesa, pilihan oli untuk motor metik juga tidak terlalu banyak dan Nde memilih untuk menggunakan Oli Federal Matic 10W-30. Untuk review oli Federal Matic 10W-30 tersebut akan Nde bahas di artikel terpisah (kalau sempat 😀 )

Menjelang keberangkatan Nde sempat bertanya kepada beberapa teman yang tinggal di Majalengka untuk memastikan kondisi jalur Majalengka-Cikijing -Banjar apakah cukup bagus untuk dilewati. Dan semua menjawab kalau jalur tersebut kondisinya cukup bagus.

mudik naik Address
penampakan Nde pas mudik (pic: Warungasep)

Tidak banyak barang yang Nde bawa, beberapa baju & perlengkapan menginap semuanya masuk di bagasi Address, sisanya oleh-oleh Nde taruh di dek depan itu pun masih masih menyisakan cukup ruang untuk menaruh kaki di dek. Sedangkan tas yang digendong berisi sedikit makanan & minuman untuk di perjalanan.

Perlengkapan berkendara berupa jaket Respiro Essenzo Flow R1, helm KYT RRX Honda Supra GTR, rompi Suzuki Bike Meet yang warnanya cukup mencolok agar lebih terlihat di jalanan, dan glove TDR One Team G-02 tidak lupa knee protector murah meriah 😀

Perjalanan dimulai hari Kamis 28 Desember 2017. Pukul 06.00 pagi Nde menyusuri jalan kabupaten yang menghubungkan Purwakarta dengan Subang dengan santai di kisaran 60 km/jam. Harapan Nde tentang jalanan kosong tidak terkabul karena hari itu masih banyak orang yang berangkat kerja atau memulai aktivitas lainnya 😀

Memasuki jalan Kapt. Hanafiah Subang, lalu lintas padat merayap karena banyak karyawan PT. Taekwang Industry Indonesia yang masuk kerja. Setelah melewati PT Taekwang barulah lalu lintas kembali normal. Semakin menjauh dari kota Subang lalu lintas mulai sepi dan Nde pun bisa memacu Address konsisten di rentang kecepatan 70-80 km/jam sambil menikmati suasana pagi cieeee 😀

beristirahat sejenak di desa Sanca

1,5 jam meninggalkan Purwakarta, Nde berhenti sejenak di Masjid Arrahman didesa Sanca Indramayu karena perlu buang air kecil. Di depan masjid juga ada beberapa orang pemudik yang sedang beristirahat. Terlihat dari bawaan tas dan plat luar daerah. Setelah beristirahat kurang lebih 20 menit, Nde kembali melanjutkan perjalanan.

jalan beton di daerah Cikedung Indramayu

Mendekati pintu tol Cikedung, Address diuji melewati jalanan beton bergelombang dan medan yang naik turun dengan pemandangan bervariasi antara sawah dan kebun disekelilingnya.

selpi dulu, fokus ke jalan beton ya, jangan ke helm yang kegedean 😀

Selama perjalanan jalur yang Nde lewati juga cenderung sepi mulai dari Subang hingga Cijelag. Dari Cijelag hingga kota Majalengka lalu lintas terbilang ramai lancar. Di kota Majalengka Nde beberapa kali harus berhenti untuk mengecek aplikasi penunjuk arah di HP agar tidak kesasar, meskipun sebenarnya selama perjalanan Nde lebih banyak mengandalkan papan petunjuk arah 😀

berhenti sejenak mengecek aplikasi penunjuk jalan di Majalengka

Di bundaran perempatan setelah Polres Majalengka Nde mengambil arah ke kanan menuju ke arah Cikijing. Karena sudah berkendara selama 3 jam dan belum benar-benar beristirahat akhirnya Nde beristirahat di sebuah masjid dekat kantor Desa. Kali ini Nde beristirahat sekitar 30 menit di tempat tersebut.

beristirahat di masjid depan kantor desa Sindangkerta kec. Maja kab. Majalengka

Ketika beristirahat Nde ditanya oleh seorang bapak-bapak, beliau tertarik karena melihat motor Nde berplat T, si bapak bertanya apakah Nde berasal dari Karawang, Nde jawab berasal dari Purwakarta. Lalu si bapak bertanya apakah ada perlu ke daerah tersebut, Nde lalu menjawab tidak ada, hanya numpang istirahat dalam perjalanan ke Cilacap. Si bapak lalu bercerita pernah mengantar barang ke daerah Karawang.

kondisi jalan mulai menanjak dari Majalengka menuju Cikijing

Selesai beristirahat Nde kembali melanjutkan perjalanan. Berkendara di jalur tersebut mampu membangkitkan memori Nde tentang perjalanan mudik tahun 2014.

kondisi jalur Majalengka-Cikijing tahun 2014

Setelah meliuk-liuk dan naik turun sejauh puluhan km, akhirnya Nde sampai juga di daerah Cikijing, di pertigaan sebelum pasar Cikijing, Nde mengambil arah ke kanan yaitu jalur Cikijing – Ciamis/Banjar. Di jalan tersebut juga ada penunjuk jalan bahwa Banjar masih berjarak 76 km dari daerah tersebut, beberapa puluh km setelahnya juga ada penunjuk arah & jarak serupa cukup membantu bagi orang yang baru pertama kali lewat seperti Nde.

Cikijing arah Ciamis / Banjar

Kondisi jalan Cikijing-Banjar mirip-mirip dengan jalur Wanayasa, jalan bagus, banyak tikungan dan cukup sepi, tetapi berkendara puluhan kilometer melewati jalur Cikijing-Banjar rasanya memang bisa membuat tangan keriting istilahnya Pakdhe Maskur.

kondisi jalan Cikijing-Banjar

Hal yang perlu diwaspadai selama melintas di jalur alternatif Cikijing-Banjar tersebut adalah kerikil dan batu kecil yang kerap kali ada di pinggir tikungan-tikungan yang terbawa oleh air

Yups kerikil maupun batu-batu kecil tersebut memang kerap kali Nde jumpai dan tentu saja sangat berbahaya seandainya terlindas oleh motor dengan kecepatan tinggi ketika menikung.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 30 menit, Nde sampai disebuah pertigaan yang entah apa namanya, tetapi setelah Nde browsing ternyata itu adalah pertigaan Hayawang. Sebelum pertigaan Nde berhenti untuk mengecek HP, di aplikasi HP mengarahkan Nde supaya ke arah kanan menuju ke jalur utama Ciamis-Banjar, tetapi Nde melihat kalau jalurnya agak merah berarti lumayan padat lalu lintasnya. Ketika Nde melihat ke pertigaan tersebut ternyata ada tulisan petunjuk arah yang kekiri itu ke Banjar/Pangandaran.

Melirik indikator BBM, masih ada sedikit sebelum garis merah, menurut perhitungan Nde masih ada sekitar 1 liter lebih lagi di tangki, sementara Banjar pasti jaraknya kurang dari 60 km jadi OK lah siapa takut Nde pun ambil jalur kekiri meskipun belum tahu jalurnya seperti apa dan berapa lama 😀

arah kiri Banjar Pangandaran via Rajadesa-Rancah, kanan jalur Ciamis-Banjar

Ternyata jalur tersebut adalah jalur alternatif menuju Banjar via Rajadesa – Rancah, jalurnya kecil karena merupakan jalur pedesaan meskipun kondisi aspalnya cukup bagus dan lumayan sepi.

kondisi jalur alternatif Rajadesa – Rancah

Beberapa menit berkendara Nde masih belum bertemu dengan petunjuk berapa jarak ke Banjar, sehingga Nde sempatkan untuk berhenti dan bertanya ke ibu-ibu pemilik warung dipinggir jalan apakah benar jalan tersebut merupakan jalan tembus ke Banjar. Si ibu pemilik warung menjawab benar, tetapi jaraknya masih lumayan jauh.

jalur alternatif Rajadesa-Rancah-Banjar

Nde pun kembali menyusuri jalan pedesaan tersebut, sekitar 20 menit kemudian Nde bertemu dengan pertigaan yang entah didaerah mana, yang jelas Nde ingat bakal lewat Rancah jadi Nde pun memilih belok ke kiri 😀

pertigaan menuju Rancah-Cisaga

Tidak sampai 10 menit dari pertigaan tersebut, Nde sampai di Pasar Rancah. Di pertigaan pasar ada petunjuk apabila lurus menuju Dayeuhluhur sebuah kecamatan di ujung barat Cilacap, sedangkan apabila belok kanan manuju ke kota Banjar. Karena BBM sudah menipis dan menurut perkiraan Nde jalan menuju Dayeuhluhur didominasi oleh perkebunan, maka daripada resiko maka Nde mengambil arah ke Banjar.

istirahat di SPBU rancah Ciamis

Tidak jauh dari pasar Rancah Nde berhenti di SPBU 34.46312 Rancah sekaligus istirahat karena waktu sudah menunjukkan tengah hari. Setelah beristirahat sekitar 1 jam Nde lalu melanjutkan perjalanan dan tidak lupa mengisi BBM.

isi BBM di PSBU Rancah Ciamis

Ternyata dari Cibatu Purwakarta hingga Rancah Ciamis jaraknya 198 km, berangkat dengan BBM Pertamax fulltank, hingga di Rancah kembali mengisi fulltank sebanyak 4.17 liter atau 35 ribu rupiah, konsumsi BBM Suzuki Address adalah 47.48 km/liter.

Di SPBU Rancah Nde sempat berbincang-bincang dengan ibu-ibu yang ada di SPBU Rancah tersebut. Nde bertanya apakah Banjar masih jauh, si Ibu menjawab paling sekitar 30 menit lagi. Nde lalu melanjutkan perjalanan melewati jalanan pedesaan hingga kebun karet. Setelah keluar dari kebun karet Nde pun akhirnya sampai di jalur utama Ciamis-Banjar… wuih lega rasanya 😀

Begitu memasuki jalan propinsi yang menghubungkan Banjar-Cilacap, Nde pun sedikit menaikkan kecepatan si Address di kisaran 90 km/jam bahkan terkadang menyentuh angka 100 km/jam. Ketika memasuki daerah Wanareja sampai Majenang, kondisi jalan bervariasi ada yang bagus dan ada yang jelek penuh dengan tambalan.

jalan Lumbir
jalan Lumbir

Setelah melewati Karangpucung menjelang Lumbir, kondisi jalan yang lebar, bagus dan lumayan sepi meskipun banyak tikungan, sangat-sangat menggoda 😀 . Sayangnya memasuki Wangon, keasyikan tersebut harus berakhir karena selepas perempatan lampu merah Wangon, kondisi jalan tidak lah seperti ruas Karangpucung-Lumbir, selain itu karena adanya pertemuan arus dari arah Banjar, Ajibarang-Bumiayu dan dari Cilacap membuat lalu lintas lumayan padat. Bahkan dari Jatilawang hingga pertigaan Rawalo kondisinya sangat padat, hingga Sampang.

pertigaan Sampang Lebaran 2017

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Rancah, akhirnya jam 15.00 Nde sampai di tempat kelahiran Nde yaitu Sampang sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap yang berbatasan langsung dengan kabupaten Banyumas.

isi BBM di SPBU Sampang

Perjalanan dari Cibatu-Purwakarta ke Sampang Cilacap via Cikijing-Banjar berdasarkan Odometer Suzuki Address adalah sejauh 337 KM, dengan waktu tempuh sekitar 9 jam (termasuk istirahat sekitar 2 jam) menghabiskan BBM jenis Pertamax sebanyak 7.155 liter sehingga konsumsi BBM Suzuki Address adalah 47.099 km/liter

Itulah cerita Nde riding menggunakan Suzuki Address dari Purwakarta ke Cilacap melalui jalur alternatif Majalengka-Cikijing-Banjar, untuk perjalanan kembali ke Purwakarta, dan review ergonomi Suzuki Address akan Nde ceritakan di artikel yang lain.

Salam dari desa 😉

25 tanggapan untuk “Riding Purwakarta-Cilacap Via Jalur Alternatif Cikijing-Banjar

  1. Wah, 2013 saya sering banget lewat jalur ini, bhkan pernah nyasar ke jalan2 yg sepi di Cilacap dari Jogja ke Jakarta. Juga pernah PP cuma istrahat 1 jam di Jakarta langsung balik lagi ke Jogja, alhasil 3 hari saya demam kecapaian. 😊

    Suka

Silahkan Dikomentari