Proton VS Mobil SMK Dan Pelajaran Berharga Dari Mobnas Perkasa Texmaco

Ndesoedisi.com-beberapa hari ini kabar tentang kerjasama dengan Proton yang ditandatangani oleh Bp. Presiden  menghiasi headline media massa di Indonesia. Opini meluncur dari berbagai pihak mulai dari yang pro sampai dengan yang kontra. Tapi benarkah kerjasama dengan Proton akan berjalan mulus dan efektif jika ujung-ujungnya mengarah ke mobil nasional ?

1914065MOU-Proton-Adiperkasa-3780x390
Bapak Presiden di pabrik Proton

Banyak sekali masyarakat Indonesia yang bermimpi tentang motor nasional dan mobil nasional, usaha untuk mengarah kesana juga sudah berkali-kali dilakukan, tetapi semua usaha itu akhirnya kandas. Ada apa sebenarnya ? mengapa semua hal yang mengarah ke mobil nasional dan motor nasional bisa kandas ?

Banyak orang yang mengatakan : “orang pinter banyak, masa bikin motor atau mobil saja tidak bisa” Apakah benar tidak ada SDM lokal yang mampu membuat motor & mobil ? Jawabnya ADA, BANYAK DAN MAMPU !!! tetapi mengapa sampai saat ini Indonesia belum memiliki mobil nasional ? Jawabannya kurang lebih sebagai berikut :

Masyarakat Indonesia sendiri secara umum masih terlalu brand oriented & ingin solusi instan, masih banyak fanboys buta merk. Merk asing dibela mati-matian, merk dalam negeri di cela habis-habisan. Produk lokal seperti Perkasa, Kanzen, Mobil SMK dan lain-lain sebagai merk dalam negeri dan baru berumur beberapa tahun sudah pasti mempunyai banyak kekurangan, dan apabila dibandingkan dengan produk dari perusahaan otomotif yang sudah berusia puluhan tahun. Meskipun pada kenyataannya perusahaan yang sudah pengalaman juga masih sering mengalami masalah pada produknya. Bagaimana suatu produk lokal bisa berkembang jika tidak didukung oleh semua masyarakat ?

pic: waytodeal.com
layu sebelum berkembang (pic: waytodeal.com)

Memang benar produk Perkasa itu masih banyak kekurangan, tetapi kalau produk tersebut jelek, mengapa perusahaan otomotif asing yang sudah puluhan tahun di Indonesia harus resah dengan kehadirannya ? Kalau produk jelek kan akan mati sendiri karena ga laku, mengapa harus diintervensi ? Silahkan direnungkan 🙂

Pemerintah sendiri juga tidak berani mengambil resiko jika merestui program mobil nasional, mengapa ? Salah satu kabar yang beredar adalah apabila produk Perkasa dibiarkan berkembang, maka salah satu negara yang mempunyai banyak investasi di bidang otomotif mengancam akan menarik seluruh investasinya di Indonesia. Serius ? tentu saja serius. Terus jika dicabut dampaknya seperti apa ?

Jika benar investasi negara tersebut dicabut maka sudah pasti ratusan ribu karyawan akan terlantar. Kok bisa ? tentu saja bisa, contoh nyata sebuah perusahaan otomotif yang ada di daerah Purwakarta mempunyai karyawan ribuan, perusahaan tersebut mempunyai supplier misalnya 40 perusahaan. Jika perusahaan otomotif tersebut ditutup otomatis perusahaan supplier juga ikut ambruk. Itu baru satu buah perusahaan. Silahkan dihitung ada berapa perusahaan otomotif di Indonesia beserta perusahaan supplier yang berafiliasi dengan perusahaan tersebut. Pejabat Pemerintah tentu saja berpikir untuk mengambil resiko yang paling kecil yaitu membunuh satu perusahaan untuk menyelamatkan ratusan perusahaan yang lain, sekaligus menyelamatkan diri sendiri.

Texmaco pada awalnya adalah perusahaan Tekstil, setelah itu bergerak ke bidang engineering & heavy industri, dan mulai memproduksi alat-alat manufaktur seperti mesin CNC, setelah itu baru terjun ke dunia otomotif. Secara infrastruktur pendukung sudah lumayan karena untuk urusan manufaktur dari casting blok mesin hingga manufaktur mesinnya ada, dan sebagian merupakan buatan Texmaco sendiri. Hanya saja secara manajerial Texmaco masih kurang bagus dan akhirnya Texmaco harus ambruk karena politik.

sasis bus perkasa
Kondisi vehicle plant Texmaco mengenaskan (foto tahun 2007)

Untuk mobil SMK sendiri Nde mempunyai opini berbeda karena kandungan lokal dari mobil tersebut masih dipertanyakan, coba bandingkan dengan mobil Perkasa, atau dengan mobil-mobil buatan As*ra kandungan lokalnya lebih banyak mana ? Kan ga lucu juga kalau mobil nasional tapi kandungan lokalnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mobil yang non lokal. Tahu darimana kandungan lokal mobil SMK masih sedikit ? Ya silahkan jawab pertanyaan ini : casting blok mesin, serta komponen lainnya dimana? manufakturnya seperti apa ?

Bukannya Nde merendahkan mobil SMK tetapi Industri otomotif yang mengerjakan pekerjaan dari hulu sampai hilir itu dibutuhkan SDM dan SDA yang sangat besar, apakah mobil SMK mempunyai infrastruktur sebesar itu ? Kecuali hanya melakukan proses Assembly maka bisa dilakukan di sebuah bengkel. Kalau Perkasa jelas bahwa blok mesin dikerjakan di TPE Kaliwungu Semarang, manufaktur Gear, Assembly Engine dan sasis dikerjakan di Subang, meskipun ada beberapa komponen yang masih diimpor dari India, tetapi basic kendaraan meliputi engine, gear & sasis sudah dibuat di Indonesia dan benar-benar diproduksi sendiri oleh Texmaco.

Berkaca dari perusahaan otomotif India seperti TVS yang lepas dari Suzuki dan Hero yang lepas dari Honda, Menurut Nde pribadi kalau ingin mengembangkan mobil & motor nasional ya harus berawal dari perusahaan seperti As*ra dan Ind*mobil yang memang sudah mampu memproduksi kendaraan dengan kandungan lokal yang cukup tinggi dan memang mempunyai infrastruktur lengkap untuk otomotif. Perusahaan seperti As*ra, Ind*mobil dan beberapa perusahaan otomotif melepaskan diri dari investor asing kemudian bersatu untuk membuat produk motor dan mobil nasional, tidak lupa harus didukung oleh Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaannya ? Maukah perusahaan tersebut melepaskan diri dari investor asing ?

Kesimpulannya, ada negara lain yang tidak ingin melihat industri otomotif lokal berkembang. Selama negara investor otomotif masih menguasai dunia perotomotifan di Indonesia, dan Pemerintah serta masyarakat belum mendukung program mobil dan motor nasional, maka motor nasional dan mobil nasional hanya akan jadi sebatas mimpi, konsep, prototype atau yang paling bagus adalah layu sebelum berkembang.

Bagi sobat semua yang sudah lama membaca blog ini pasti sudah pernah membaca artikel tentang memori produk Texmaco, bagi yang belum pernah bisa dibaca di link berikut ini antara lain :

Dan setelah menulis artikel ini juga Nde baru tahu kalau ternyata artikel part 7 tidak ada 😆

salam dari desa 😉

27 tanggapan untuk “Proton VS Mobil SMK Dan Pelajaran Berharga Dari Mobnas Perkasa Texmaco

    1. Numpang ah. Viar motor nasional, ane tau sendiri kualitasnya.
      Om om mo beli jaket 1jt tahan dipake 10 tahun apa jaket 500rb cm tahn dipake 1 tahun??? Secara gengsi yg 1jt dah jelas ok lho. Gimana???…

      Suka

  1. Yo’i kang nde 😦
    loba teuing FB-“an euy ,
    FBY,FBH,FBK,FBS !!!
    Tapi, jangan lupa
    Motor lokal kita yg walau terseok” contoh
    minerva,viar (yg mengaku motor indonesia).. masih tetap eksis koq :*
    jujur ijal ge sebenrna salah satu FB cuman makin kesini kesini koq kita kaya di perbudak ya ?
    Dengan seenak-nya para investor manen hasil kerja kita 😦

    Akhhhh lalieur tea mikirana-ge 😀

    Suka

  2. Sedih memang kang.
    Di saat negara lain bangga dngan produk negri sendiri kita malah saling hantam membela yang punya kepentingan.kalau misalkan pemerintah mau serius mah udah dari dulu kita maju.
    Sekarang kita di jajah secara finansial.cultur.lifestyle…..
    Te boga jati diri nu pastinamah

    Suka

  3. Yang ngeributin soal masy. Indonesia mentalnya masih branded pasti gak ngikutin berita mobnas jaman orde baru…sebenarnya kalau murah mobil bikinan mana juga dibeli asal reliable dan after salesnya bagus…kenapa mobnas gagal? Bukan gara2 mental branded…ya siapa juga yang mau beli mobnas yg rame beritanya doang tapi dealernya sama bengkelnya susah dicari? Dari pada ngurusin mobnas mulai aja dulu dari beras nasional, kedelai nasional, itu aja masih sering impor….

    Suka

  4. Salken kang nde!
    Artikelnya bagus banget, sekalian mengenang memory di STT Texmaco & juga di Kanzen.
    Masih tinggal di depan Texmaco Subang kah? Sebelah mana ya? Kalo boleh kapan-kapan saya mampir sambil nengok kampus. 🙂

    Suka

Silahkan Dikomentari